Cara Menghadapi Stres Ala Islam
Stres, depresi, dan emosi, kerap dialami seseorang. Mereka berharap.
Bahwa hidup penuh dengan keindahan. Hidup selalu bisa menyuguhkan
berbagai kenikmatan. Misal, harapan memiliki harta berlimpah. Namun
kenyataannya, harapan tersebut tidak tercapai. Hanya segelintir harta
didapat, sekadar untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Kekecewaan datang. Muncullah stres. Bahkan sampai depresi. Emosi kerap
tidak terkontrol. Ketiga hal itu membuat kehidupan semakin suram.
Berikut ini wawancara Wartawan Republika Erdy Nasrul dengan tokoh dakwah
internasional dari Silicon Valley, Amerika Serikat, Syekh Alauddin
Elbakri, memunculkan pemahaman bagaimana menghadapi ketiga hal itu.
Bagaimana menghadapi stres menurut Rasulullah?
Rasulullah banyak mengajarkan kita cara menghadapi stres. Namun sebelum
sampai ke sana, kita harus terlebih dahulu memahami apa itu stres. Ada
yang mengatakan stres adalah ketidakmampuan meraih sesuatu. Bisa juga
berawal dari kekecewaan karena seseorang sudah melakukan sesuatu namun
harapannya tidak juga tercapai.
Seorang kehilangan pekerjaannya
bisa saja menjadi stress. Bisa juga terkena depresi. Kalau sudah
mengkhawatirkan, bisa jadi akhirnya mengalami gangguan jiwa. Kalau sudah
sampai kesana ya habislah sudah. Seseorang hilang kesadarannya.
Kenapa bisa begitu?
Jelas. Pertama dia akan menjadi asosial. Orang tidak mau mendekati atau
bergaul dengannya. Kedua, rasa ketakutan dalam dirinya terlalu tinggi.
Dia takut orang lain mengetahui kebobrokannya. Ketakutan seperti itu
membuat apa yang ditakutkan justru semakin terlihat.
Maksudnya?
Misalkan kamu minum kopi. Kemudian kopi tumpah di kemeja yang dipakai.
Muncullah rasa takut. Orang-orang akan menghina penampilan, karena
kemeja kamu terkena tumpahan kopi. Akhirnya kamu berjalan tidak seperti
biasanya. Hal itu justru semakin membuat orang-orang bertanya-tanya kamu
kenapa. Sikap seperti itu justru memancing orang untuk menghina kamu.
Seharusnya bagaimana?
Biasa saja. Tidak perlu disembunyikan. Kamu bisa jalan dengan biasa
saja tanpa ada rasa malu. Kalau orang menegur, tinggal kamu sampaikan
tadi dirimu terkena tumpahan kopi. Orang lain akan mengatakan bahwa itu
hal biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kegagalan adalah hal
biasa. Selalu saja terjadi. Yang sepantasnya adalah, kegagalan adalah
dianggap sebagai pelajaran. Kegagalan adalah evaluasi diri agar tidak
lagi mengalami hal yang sama.
Cara yang paling mudah menghilangkan stres?
Pertama adalah kemampuan mengontrol diri. Kita harus mampu
mengendalikan keinginan-keinginan yang ada di dalam diri. Kita harus
menyesuaikan keinginan dan kemampuan. Ingatlah kisah Umar bin Khatab.
Dia berjalan bersama rombongannya. Tiba-tiba dia langsung duduk.
Rombongan bertanya-tanya ada apa dengan khalifah.
Seorang
muslim bertanya, 'ya khalifah, kenapa tiba-tiba engkau duduk?' Kemudian
khalifah menjawab dirinya takut diselimuti kesombongan. Dirinya merasa
kesombongan akan datang di saat dia berjalan dengan rombongannya
kemudian disapa, dipuji, dan diagung-agungkan oleh siapapun yang
melihatnya.
Nah apa yang dilakukan Umar adalah mengetahui
adanya sifat buruk dalam dirinya, sekaligus dia mampu untuk
menyembuhkannya sendiri. Kemampuan seperti inilah yang mampu membuat
orang tidak gila. Kalau seperti itu maka stres tidak ada. Tidak adalagi
emosi yang tidak jelas. Depresipun tidak.
Seperti apa mengendalikan diri itu?
Ini harus dicermati. Mengendalikan diri bukan berarti menghapus
keinginan - keinginan yang ada didalam diri. Boleh saja seseorang
memiliki keinginan, karena itu hal alami. Manusia pasti punya keinginan.
Silahkan keinginan itu dikelola dengan baik. Kalau manusia tidak punya
keinginan maka dia tidak akan berjuang untuk bertahan hidup. Sementara
Rasulullah mengajarkan kita untuk berbuat untuk keduniaan. Dan
keakhiratan.
Manusia, kerap tidak mampu mengelola keinginan.
Nafsu yang kemudian muncul, yaitu ingin menguasai apapun, termasuk
semesta. Ingatlah Firaun di zaman Nabi Musa dulu, ditenggelamkan Allah,
mati ditelan lautan, karena terlalu bernafsu menjadi penguasa. Firaun
berkata semua bisa diaturnya, bahkan manusia harus beribadah seperti
apapun dia atur. Wahai Musa, aku akan bangun menara yang tinggi untuk
melihat Tuhanmu. Begitu kata Firaun itu.
Kita tidak bisa
seperti itu. Ada ketergantungan dalam diri kita untuk menggapai sesuatu.
Misal, kita harus berdoa kepada Allah agar apa yang kita inginkan
tercapai. Allah sendiri menjanjikan berdoalah maka pasti dikabulkan.
Berdoa ini nantinya akan memunculkan keyakinan dan kemantapan diri untuk
melakukan sesuatu. Kalau sudah yakin maka pasti akan mudah melakukan
sesuatu. Target yang kita inginkan akan tercapai. Jadi berdoa kemudian
berusaha.
Ini cara Islam?
Tentu saja. Islam adalah agama
yang menghadirkan tantangan bagi kita untuk menghadapi sesuatu. Islam
menghadirkan kekuatan mental sehingga umat Islam semakin kuat dan tidak
mudah mundur menghadapi sesuatu. Ajaran-ajaran yang terkandung
didalamnya adalah pengalaman yang kalau dipelajari akan menjadikan kita
kuat, bahkan lebih kuat dari Sparta.
Coba perhatikan
kisah-kisah yang terkandung di dalam Alquran. Misal, bagaimana nabi Musa
menghadapi Firaun. Itu jelas sangat berat. Namun Allah menunjukkan
segala hal mungkin terjadi. Kalau memang Allah sudah sayang dengan hamba
maka pasti akan ada pertolongan. Musa sudah berjuang maksimal, namun
kalau dia berjuang sendirian melawan firaun pasti kalah. Maka Allah
membantunya dengan mu'jizat.
Kita harus berjuang maksimal.
Jangan mudah menyerah. Kalau nantinya kita memang sudah tidak mampu maka
yakinlah, Allah pasti akan turun tangan, seperti ketika Allah membantu
Musa menghadapi Firaun.
sumber:facebook
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.