Pacaran itu mirip seperti memilih buah mangga. Dipegang-pegang,
diraba-raba, dicium-cium. Kalau udah lembek, bisa ditinggal aja dan
nggak jadi dibeli.
Setujukah Anda? Mungkin Anda keberatan
dengan analogi itu. Tapi begitulah kenyataannya. Pacaran yang menurut
mereka tujuan awalnya ingin mengenal calon pasangan, akhirnya bisa
kebablasan. Dimulai dari pegangan tangan, cium pipi, kening, bibir, dan
akhirnya bisa saja berlanjut ke perzinahan, na'udzubillah.
Tebak siapa yang paling dirugikan ketika itu terjadi? Yap. Siapa lagi
kalau bukan wanita. Pacaran kebablasan dan akhirnya ketika semuanya
sudah terlanjur terjadi, laki-lakinya pergi meninggalkan begitu saja.
"Tapi bagaimana kalau dia bertanggung-jawab dan bersedia menikahi?" Ada
juga yang menjawab begitu. Itu terbalik! Ambil dulu tanggung-jawab,
baru kemudian resmi dan halal melakukan apapun dengan pasangan.
Alasan "pembuktian cinta" sering dijadikan modus untuk melakukan ini.
Omong kosong apa itu? Membuktikan cinta itu adalah dengan melamar dan
menikahinya secara resmi. Dan itu dilakukan oleh laki-laki dengan
mendatangi keluarga wanita yang dia cintai, bukan dengan meminta wanita
menyerahkan kehormatannya untuk membuktikan cinta.
Tidak ada
satu agama-pun yang membolehkan hubungan intim suami-isteri dilakukan
sebelum laki-laki dan wanita resmi diikat dalam sebuah komitmen suci
bernama pernikahan.
Tak bisa dipungkiri, tiap hari kita
dijejali dengan pembiasaan dan legitimasi hubungan yang namanya pacaran.
Sinetron, film, lagu bahkan tayangan iklan sekalipun perlahan tapi
pasti membentuk tren dalam pergaulan remaja. Kalau nggak punya pacar
mereka malah malu, dianggap nggak laku.
Buat yang masih
pacaran, yuk jadikan hari ini momentum perubahan dirimu. Mengenal calon
pasangan bukan berarti mengenal sampai di balik pakaiannya sebelum
menikah.
Atau, jangan-jangan, Anda sendiri yang pasrah memilih untuk dijadikan seperti buah mangga?
Sumber: Indahnyamenikah. wordpress.com
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.